Bupati Hery Nabit Kecam Tindakan Massa Aksi Tolak Geothermal Serang Pribadi Hingga Sebut Keturunan Todo-Pongkor

MANGGARAI, AntarNews – Tantangan yang sedang kita hadapi saat ini adalah perluasan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu di wilayah Poco Leok.

Demikian disampaikan bupati Manggarai Herybertus Nabit, usai menggelar acara syukuran Caca Selek pasca dirinya kembali dilantik menjadi bupati terpilih periode kedua, berlangsung di Kampung Todo, pada Rabu (09/07/2025).

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Buntut Pernyataan ‘Sampah’ pada Aksi Demo HLH, Keluarga Todo-Pongkor Datangi Poco Leok, Tetua Adat Mucu: Mereka Bukan Bagian Inti di Gendang

Bupati Hery Nabit, menegaskan dirinya tidak anti terhadap setiap kritikan kepadanya, “yang paling penting tidak menyangkut hal yang pribadi. Demonstrasi boleh dan aturan juga bilang boleh, tetapi jangan bicara suku, saya tidak suka”.

Apapun alasannya, tegas bupati Hery Nabit, kalau sudah menyerang pribadi dan sebut suku itu sudah bukan demokrasi lagi.

“Kalau demokrasi di Manggarai ikut budaya Manggarai, berbeda demokrasi di wilayah lain biar omong sembarang silahkan, tetapi jangan bawa cara demokrasi dari tempat lain lalu bawa ke Manggarai serang pribadi orang,” ucapnya.

Siapapun yang menggelar aksi demonstrasi yang menyerang pribadi dan menyebut nama suku, ia tegaskan siapapun dia pasti akan dilawan. Disebutkan bupati Hery Nabit, ia sedang mengajarkan masyarakat Manggarai untuk tidak melukai perasaan pribadi orang lain, apalagi menyerang suku seseorang dalam hal apapun dalam setiap aksi.

“Siapapun dia, saya lawan, siapapun saya lawan. Kalau bicara tidak puas semua tidak puas tetapi harus paham dengan situasi,” tegasnya.

Ia juga menyebutkan kalau dirinya sedang digugat, “dari dulu saya sudah bilang, kalau tidak puas silahkan digugat tidak perlu demonstrasi. Demontrasi itu tidak menyelesaikan masalah, apalagi sebut nama orang bahkan menyerang privasi dan sebutnya suku”.

Saat ini terangnya, sedang berhadapan dengan berbagai pihak yang datangnya dari luar wilayah Manggarai serta membawa nilai-nilai mereka dengan cara mereka mengeluarkan kata-kata yang tak pantas lalu menyerang pribadi dan suku.

“Pemerintah bertugas untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan itu sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal,” ucapnya.

Menurut dia, ada banyak cara sebagai orang Manggarai ketika menyampaikan ketidakpuasan, tetapi Ketika menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang tak santun nilainya pasti tidak ada.

Diungkapkan bupati Hery Nabit, diera saat ini kebutuhan akan energi listrik sangat penting apalagi untuk kebutuhan rumah tangga dan industry rumahan.

“Di wilayah lain sudah tidak pakai kayu bakar untuk masak nasi tetapi di Manggarai masih banyak tempat yang menggunakan kayu bakar untuk masak nasi,” jelasnya.

Disebutkannya lagi, banyak kemudahan ketika sudah teraliri listrik untuk setiap rumah di Manggarai, ketika suami dan istri pergi kerja ke kebun masak nasi tinggal colok saja rice cooker lalu pergi ke kebun, pulang kerja tinggal buat sayur karena nasi sudah matang.

“Kalau suami dan istri pergi kerja sama di kebun pasti pekerjaan itu cepat selesai tetapi kalau kita tetap menggunakan kayu api untuk masak berarti suami saja yang pergi kerja kebun karena istri pasti sibuk urus masak karena harus siap masak pulang kerja. Kalau ada listrik tinggal colok saja sebelum ke kebun pulang kerja nasi sudah matang,” sebutnya.

Dunia saat ini kata dia semakin maju dan semakin memberikan kemudahan kepada kita semua, “itu alasan saya ngotot perluasan PLTP ini, karena bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan umum”.

“Masih banyak kampung di Manggarai yang belum teraliri listrik untuk itu saya harus perjuangkan,” tutupnya.

 

Pos terkait