Buntut Pernyataan ‘Sampah’ pada Aksi Demo HLH, Keluarga Todo-Pongkor Datangi Poco Leok, Tetua Adat Mucu: Mereka Bukan Bagian Inti di Gendang

Buntut Pernyataan ‘Sampah’ pada Aksi Demo HLH, Keluarga Todo-Pongkor Datangi Poco Leok, Tetua Adat Mucu: Mereka Bukan Bagian Inti di Gendang (Foto : Fokus NTT)

Manggarai, FN – Sejumlah perwakilan keluarga besar Todo Pongkor, telah bertandang ke Kampung Mucu, di Poco Leok, belum lama ini guna meminta klarifikasi terkait pernyataan dari salah seorang orator saat demo di Hari Lingkungan Hidup (HLH), di depan kantor Bupati Manggarai (5/6).

Tepat pada Selasa (17/6), beberapa perwakilan keluarga besar Todo Pongkor pergi ke kampung Mucu, Poco Leok. Rombongan keluarga besar tersebut berangkat dari pada pukul 16.00 Wita dari Ruteng, kurang lebih pukul 19.00 Wita, seluruh keluarga besar Todo dan Pongkor tiba di Kampung Mucu.

Bacaan Lainnya

Setibanya di kampung Mucu seluruh keluarga besar dari Todo Pongkor, melakukan ritual adat, menyapa seluruh Nenek Moyang yang ada di Gendang Mucu Poco Leok.

Petrus Jarus, tokoh masyarakat yang paling dituakan mewakili empat (4) Panga Gendang Mucu, langsung menerima keluarga besar Todo Pongkor.

Menurut juru bicara keluarga Todo Pongkor, Marsel Sudirman, mereka yang ke kampung Mucu (17/6) merupakan perwakilan dari keluarga besar Todo dan Pongkor. Tujuannya saat itu untuk meminta pertanggungjawaban pernyataan dari salah seorang orator dari Mucu, Poco Leok.

“Apa yang kami sampaikan ini ada sebab-musababnya, tentu sebab-musababnya itu terjadi pada 5 Juni 2025. Ada keluarga dari Mucu Poco Leok datang ke kantor Bupati untuk sampaikan aspirasinya, diantara kami ini juga ada yang hadir, saya pribadi juga hadir saat itu,” kata Marsel.

“Kita tidak pernah sedikit pun bereaksi ketika mereka sampaikan poin-poin yang berhubungan dengan masalah mereka. Ada satu hal yang membuat kami keluarga besar Todo Pongkor terganggu secara keseluruhan, ketika ada pernyataan dari juru bicara mereka yang berbicara sebut secara khusus Todo Pongkor dan juga menyebut nama salah satu anak keluarga besar dari Todo Pongkor yaitu Kraeng Hery,” tambah Marsel.

Kalau hanya menyebut saja dan tidak ada embel-embelnya kata Marsel, pasti mereka (Keluarga Todo Pongkor) tidak bereaksi. Tetapi yang disebut saat itu dan bukti video ada. Oratornya waktu itu (5/6) menyebut Todo Pongkor dan namanya Kraeng Hery, serta ada tambahan kata-katanya yaitu ‘Weang Damit Mucu-Poco Leok’ (Sampahnya orang Mucu Poco Leok).

Marsel mengatakan Itulah yang kemudian menyebabkan keluarga bereaksi karena keluarga tau bahwa, antara Todo Pongkor dan Mucu, Poco Leok, ada hubungan kawin mawin (Woe Nelu), dan itu bukan cerita di atas kertas saja.

Dia menyampaikan, seluruh keluarga besar sangat kecewa dengan pernyataan salah seorang yang mengaku dari Mucu, Poco Leok itu. Ia menegaskan, bahwa untuk persoalan keluarga, tidak boleh disampaikan di muka umum.

“Kalau ada kesalahan dari keluarga tidak bisa disampaikan di tempat umum, ada prosedurnya, dan orang lain atau di luar itu tidak boleh tau, karena itu privasi keluarga,” ujarnya.

Menurutnya atas dasar itu keluarga Todo Pongkor sepakat pergi ke Mucu, Poco Leok.

“Ada dua misi yang hendak dilakukan ke Mucu, Poco Leok. Yang pertama mau menanyakan apakah yang utus orang-orang yang pergi demo dan utus juga apa yang mereka bicarakan itu perwakilan Gendang Mucu? Karena mereka mengaku diutus oleh Gendang. Kedua untuk memastikan apakah yang bicara saat orasi itu orang dari 4 keluarga besar di Gendang Mucu Poco Leok? Kalau itu bagian dari mereka kami pasti sebagai Todo Pongkor, pas lah kalau kami mengajukan protes ke mereka,” jelas Marsel.

Lebih lanjut kata Marsel, semua yang hadir ke Mucu, saat itu murni sebagai keluarga Todo Pongkor, tidak ada embel-embel lainnya.

Selanjutnya sebut Marsel, bahwa apa yang di ucap oleh orang yang mengaku suruhan dari Gendang Mucu itu sangat menyakitkan.

“Oleh karena itu kami terus bertanya ke Bapak Petrus, kami tetap akan terus mencari cara agar bisa bertemu dengan dua orang itu sehingga mereka dua bisa mempertanggung jawabkan omongannya,” sebut Marsel.

Setelah itu kata Marsel, Bapak Petrus yang didampingi oleh beberapa warga di Mucu, menyampaikan maaf kepada seluruh keluarga Todo Pongkor, “mereka setelah itu mengambil satu botol Tuak (Arak) untuk meminta maaf dan juga meminta agar anak mereka pak Hery bisa pergi ke Mucu Leok, itu mereka tunjukan keputihan hatinya bahwa mereka akui ada hubungan keluarga,” ungkap Marsel.

Senada disampaikan oleh perwakilan keluarga Todo Pongkor, Pit Ibu, pemicu yang membuat mereka sampai hadir ke kampung Mucu, yaitu sebut mereka sampah.

“Itulah yang memicu kami ke Mucu, Poco Leok, sebenarnya kalau sempat kami ketemu dia saat itu, kami hanya mau tanya itu ke dia, apa penyebab dia membuat pernyataan seperti itu,” tegas Pit Ibu.

Menurut Pit Ibu, satu hal yang menjadi perhatian seluruh keluarga Todo Pongkor ke Mucu saat itu, bahwa Bapak Petrus Jarus berjanji, bahwa semua warga Gendamg Mucu, Poco Leok, tidak boleh ikut Demo, apa lagi bicara yang tidak sopan.

“Setelah anak-anak saya yang datang kembali ke Ruteng, saya akan bikin tulisan di rumah Gendang Mucu, bahwa keturunan 4 keluarga besar dari Gendang Mucu tidak boleh ikut Demo di mana saja, kalau ada yang tetap ikut, jangan sesekali mengatasnamakan Gendang Mucu, itu tanggung jawab pribadi,” kata Pit Ibu.

Sementara jawaban dari yang menjadi Tetua dari 4 keluarga besar gendang Mucu-Poco Leok yaitu Bapak Petrus Jarus, bahwa apa yang disampaikan oleh orator demo di kantor Bupati Manggarai (5/6) saat itu, bukan atas dasar suruhan mereka dari Gendang Mucu.

“Bukan kami yang mengutus mereka ke atas (Ruteng), termasuk terkait kata-kata mereka saat itu yang mereka omong, bukan kami yang suruh,” sebut Petrus.

“Yang omong itu dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan, dan bukan bagian inti dari Gendang Mucu, Poco Leok,” imbuhnya.

Namun saat di Ruteng (5/6), orator itu mengaku apa yang dikatakannya mewakili Gendang Mucu, Poco Leok.**

 

Penulis : Yhono Hande 

Editor : Redaksi 

Pos terkait