Ruteng, FokusNTT- Produk turunan dari kain tenun Manggarai, saat ini sudah banyak diminati oleh konsumen khususnya penyuka fesyen.
Pengrajin ekonomi kreatif (Ekraf) produk turunan kain tenun Manggarai pun keciprat dari kondisi tersebut. Salah satunya adalah Mikael Geong (44) pemilik Brian Geong Collection.
Cerita tentang usaha Ekraf milik lelaki asal desa Sambi, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai ini memang luar biasa.
Dia mengisahkan, usahanya itu dia rintis bersama sang isteri Maria Jenena sejak Pasar Rakyat Puni mulai beroperasi yaitu tahun 2019 silam. Artinya, usahanya itu sudah berusia hampir enam tahun.
Dia dengan setia menjalankan usahanya di Pasar Rakyat Puni Ruteng, tatkala semua pedagang di pasar tersebut hengkang karena sepi.
Dia pun berkisah, saat pandemi Covid19, dia bersama isterinya tetap berusaha. Diapun mengambil peluang dengan membuat masker bermotif tenun Manggarai.
“Puji Tuhan, saat Pak Hery (maksudnya, bupati Manggarai Herybertus G. L. Nabit) berkunjung ke sini (ke Pasar Rakyat Puni) pada tahun 2021, masker buatan saya diboyong sebanyak 300 lembar,” kisahnya.
Waktu terus berlalu. Mikael Geong terus berkarya, membuat berbagai produk turunan tenun Manggarai yang didesain sendiri.
Dia pun menyadari betapa pentingnya branding akan produknya itu sehingga menamai usahanya itu Brian Geong Collection. “Ini branding (maksudnya, brand merk) saya,” katanya dengan bangga.
Dia menyadari bahwa pemasaran produknya tidak boleh konvensional lagi, harus memanfaatkan pemasaran digital sebagaimana yang menjadi trend pemasaran era kini.
Hasilnya luar biasa. Diapun melayani permintaan dari berbagai wilayah mulai lokal sampai sejumlah daerah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.
Untuk pemesanan lokal, permintaannya lumayan dan lebih banyak dari Labuan Bajo ditambah wilayah lainnya di Manggarai Raya. “Itu semua dipesan via online. Ada juga offline, yang datang secara langsung ke sinj,” ungkap dia.
Sementara untuk pemesanan dari luar pulau, dia melayani permintaan hampir dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. “Yang memesan itu kebanyakan reseller dan ongkos kirimnya include di harga produk,” jelasnya.
Pemesanan dari luar negeri juga ada, khususnya dari Malaysia. “Itu juga dari reseller,” tandasnya.
Dia akui, menciptakan produknya tidak berdasarkan pesana melainkan prototype, yang didesainnya sendiri.
Hingga kini, Brian Geong Collection telah menghasilkan belasan jenis produk seperti topi bucket dari kain tenun Todo dan motif songke Cibal dan Reok.
Ada juga tas selempang jenis sling bag dan waist bag atau tas pinggang sampai tas ransel, tas untuk kaum perempuan;
Selain itu ada juga berbagai jenis dompet, rompi dan berbagai produk asesoris fesyen lainnya.
Dia akui, yang paling banyak diminati adalah topi, berbagai jenis tas dan terakhir adalah dompet.
“Setiap produk barunya pasti diminati, termasuk yang terakhir adalah berbagai jenis dompet,” imbuhnya.
Usahanya itu tentu atas dukungan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Manggarai, dan juga Dekranasda Kabupaten Manggarai.
Hal itu diiyakan oleh Novi Bora selaku Asesor Manajemen Mutu Industri pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Manggarai.
Menurut Novi Bora, setiap event dan pelatihan, pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Manggarai selalu melibatkan pelaku Ekraf itu.
“Setiap ada pelatihan atau pameran kami selalu mengudang om Mik (sapaan akrab untuk Mikael Geong),” ungkap Novi Bora.
Bahkan Dinas Perindag Kabupaten Manggarai selalu mendorong diversifikasi produk milik Brian Geong Collection.
“Dinas Perindag Kabupaten Manggarai memiliki kelompok penenun. Setiap ada produk tenun baru, Pak Kadis Perindag (Kadis Perindag Kabupaten Manggarai, Livens Turuk) menyampaikan ke om Mik, bagaimna kalau buat produk ini,” kata Novi seraya memberi contoh seperti tas ransel.
Soal mutu kain tenun, Mikael Geong tentu memilih tidak sembarangan dan itu semua berasal dari penenun binaan Dinas Perindag Kabupaten Manggarai.
Ditanya soal omset per bulan, dengan nada merendah dia akui, paling rendah sebulan mencapai Rp 4juta. “Saya hanya sampaikan penghasilan kami yang terendah,” ungkapnya degan jujur.
Ditanya tentang bulan apa permintaan yang tertinggi? Dia mengaku bahwa permintaan tertinggi itu sejak bulan Maret hingga September setiap tahunnya. Namun dia kewalahan, jika ada kegiatan pameran atau festival. “Sering terjadi ketersediaan produk berkurang ketika ada pameran atau festival,” ujarnya.
Itulah sekilas kisah tentang seorang pelaku Ekraf di Kabupaten Manggarai, yang dengan tekun menjalankan usahanya.
Penulis: aka
Editor: aka