Warga Sekitar PLTP Membantah Klaim bahwa Ekplorasi Geothermal akan Menyebabkan Kekurangan Air Permukaan

Tidak mengalami kekurangan air permukaan. Inilah kegiatan para petani sawah di sekitar PLTP Ulumbu. Areal sawah di sekitar kawasan PLTP Ulumbu tidak mengalami kekurangan air permukaan. Foto: dok. FokusNTT.com

Ruteng, FokusNTT- Warga sekitar PLTP membantah klaim sejumlah pihak yang mengatakan bahwa ekplorasi geothermal untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik akan menyebabkan kekurangan air permukaan.

Data yang dihimpun media ini menyebutkan, sumber air permukaan yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun untuk kebutuhan pertanian, tidak terjadi kekurangan sebagaimana yang disebarkan sejumlah pihak.

Bacaan Lainnya

Di sejumlah PLTP di Indonesia yang sudah beroperasi sejak lama, warga sekitarnya tidak mengeluhkan adanya kekurangan air permukaan.

Bahkan keberlanjutan kegiatan pertanian di wilayah sekitar PLTP tidak terganggu dengan kehadiran proyek tersebut.

Demikian juga dengan ketersediaan air minum bersih bagi warga sekitar PLTP seperti yang terjadi di PLTP Ulumbu, desa Wewo Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai.

Kepala desa Wewo, Lorens Langgut mengatakan, apa yang dicemaskan sejumlah pihak bahwa akan terjadi kekurangan air dengan hadirnya proyek geothermal PLTP Ulumbu adalah tidak benar.

Warga satu dusun yang terdiri dari dua anak kampung yaitu Tantong dan Damu, tidak mengeluhkan kekuarangan air minum bersih sejak beroperasinya PLTP Ulumbu sejak tahun 2011 lalu.

Adapun air minum bersih yang didistribusikan ke warga dua kampung tersebut bersumber dari mata air Wae Ces.

Sumber mata air itu posisinya agak lebih tinggi dari lokasi pengeboran PLTP Ulumbu.

“Warga dua kampung tersebut tidak pernah mengeluh kekurangan air minum bersih,” ungkap Lorens seraya menambahkan bahwa topografi alam di Ulumbu terdiri dari beberapa bukit dan gunung.

Di sekitar PLTP Ulumbu, kata Lorens, memiliki areal sawah yang cukup luas dan digarap saban musim oleh para petani. Adapun areal persawahan di sekitar kampung Wewo itu, airnya berumber dari mata air Wae Pesi.

Dia jelaskan, air untuk mengairi areal sawah tersebut, tidak pernah kering dan para petani melakukan panen paling kurang dua kali setahun.

Seperti yang disaksikan media ini pada Sabtu (22/3/2025), tanaman padi di areal desa Wewo bertumbuh subur.

Demikian juga tanaman perkebunan seperti cengkeh, kakao dan lainnya.

“Sudah empat tahun berturut-turut, petani di desa Wewo menikmati hasil panen cengkeh yang luar biasa,” tutur Lorens.

Lorens juga menyampaikan kesaksiannya di daerah sekitar PLTP Lahendong, Kabupaten Tomohon, Sulawesi Utara.

“Tanaman padi maupun tanaman hortikultura di sekitar PLTP Lahendong sangat subur bahkan air sekitar wilayah itu berlimpah,” ungkap Lorens yang baru-baru ini ke Lahendong.

Dia mengatakan, sebaiknya warga dan pihak yang menolak kehadiran geothermal untuk pengembangan PLTP Ulumbu belajar ke Lahendong, kalau tidak yakin dengan apa yang terjadi di sekitar PLTP Ulumbu.

Bahkan menurut Lorens, usia PLTP Lahendong kini sudah 24 tahun, dan sama sekali tidak saya tidak mendengar dari warga di sana bahwa mereka kesulitan air untuk kebutuhan pertanian maupun untuk konsumsi warga.

Bahkan, kata dia, pertanian di Lahendong sudah maju dengan berbagai diverifikasi tanaman.

Lorens berharap, para petani di desa Wewo bisa mengikuti pola pertanian di sekitar PLTP Lahendong, apalagi di desa Wewo sudah ada lima kelompok tani yang sudah menjadi binaan PLTP Ulumbu.

Seperti yang disaksikan media ini saat berkunjung ke PLTP Lahendong beberapa waktu lalu, areal persawahan warga mengelilingi lokasi PLTP. Bahkan lokasi PLTP Lahendong berbatasan langsung dengan sawah para petani. Seperti yang disaksikan, tanaman padi di sekitar PLTP Lahendong bertumbuh subur dan hasilnya memuaskan.

Sayangnya, para petani di sekitar PLTP Lahendong mengaku, mereka memanen padi setahun sekali karena Lahendong adalah daerah dingin kira-kira 900-1100 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun untuk tanaman hortikultura, petani di Lahendong merasa bersyukur karena hasilnya mereka sudah rasakan.

Sejumlah petani di PLTP Lahendong yang ditemui media ini mengaku, sekalipun sawah atau lahan pertanian mereka berada di sekitar PLTP, namun tidak mengalami kekurangan air permukaan.

Air permukaan tersebut, diakui oleh para petani di Lahendong, dimanfaatkan untuk kebutuhan usaha mereka dengan menanam berbagai tanaman hortikultura.

“PLTP Lahendong sudah berusia 24 tahun, dan sepanjang usia itu wilayah kami tidak mengalami kekurangan air, dan kegiatan pertanian kami berjalan normal sekalipun dekat dengan lokasi sumur PLTP Lahendong,” ungkap Heral Kaat (32) petani hortikultura di Lahendong.

Pengakuan kepala desa Wewo Lorens Langgut maupun petani hortikultura di Lahendong menunjukkan bahwa klaim sejumlah pihak bahwa eksplorasi geothermal akan menyebabkan kekurangan atau krisis air permukaan telah terbantahkan.

Adapun sejumlah pihak mengkhawatirkan bahwa eksploitasi dan eksplorasi geothermal untuk pembangunan PLTP akan menyebabkan krisis air permukaan.

Sejumlah pihak tersebut diantaranya enam uskup se Nusa Tenggara. Para uskup menolak proyek geothermal di Flores dan Lembata melalui surat gembala berdasarkan Sidang Tahunan Para Uskup Provinsi Gereja ENDE di Seminari Tinggi Santu Petrus Ritapiret, Maumere, 10—13 Maret 2025 lalu.

Adapun surat penolakan tersebut ditandatangani oleh Uskup Denpasar, Mgr Silvester San; Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus; Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat; Uskup Agung Ende, Paulus Budi Kleden; Uskup Maumere, Mgr Edwaldus Martinus Sedu; dan Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung.

Penulis: aka

Pos terkait